Minggu, 05 Januari 2014
DOSA SI RASA
Dosa Si Rasa
Sang Khaliq hendak menjadikan dunia
Maka jadilah beserta butirannya
Yang rentan dengan kebatilan
Yang rentan dengan kutukan
Bumi adalah segumpal rintangan
Di sana jiwa akan dibenam
Dalam pendukaan
Dan nikmat kebahagiaan
Baginya yang bertakwa
Bumi ini siksa pasti
Bumi ini siksa pasti
Penghasut berbisa
Melalui cipta indra
Tahukah ya insan
Indra tak pernah resah
Bahkan dalam kedustaan
Dimana tawamu menjadi hibah
Mata takkan berdosa
Dia hanya penghantar semata
Terhadap arti visual dunia
Yang akan dicerna oleh rasa
Telinga takkan salah
Dia hanya penghantar berita
Bahkan pada penggila ghibah
Sahihkan pemburuk sangka
Bibir hanyalah sarana
penghantar kata semesta
Juga frasa lubuk hati
Dalam pikiran tanpa henti
Pandailah membentang niat
kepadanya kita berdiri
Sang muttaqin akan menguat
Bahkan dalam angin lirih
Hanya rasamu berdosa
Dialah dalang raga
Baikkan rasa di balik makna
tentang bumi tak beraksara
PERINGATAN
P E R I N G A T A N
Kita tau rumus dunia
Adakalanya kita ditinggalkan
Dalam mendampingi cinta
Rasanya perih tak meninggalkan
Tapi ada apa ini
Tatapan kita tak lepas
Dari pembangkang janji
Yang selalu tak puas
Hanya selalu berlari
Ingin gores perih tak terasa
Menutup jeritan dengan topeng tawa
Mendramakan semua telah terampuni
Bodohnya kita jadi pelakon rasa
Tak kan pernah bisa bersandiwara
Di hadapan penonton yang sok paham
Itu diri kita dalam muram
Andai kita selalu ingat
Sang Penjodoh peletak hati
Hati seorang telah berniat
Menggenggam dirimu sampai mati
Jadi biarkanlah mengalir
Dan lepas kendali
Tak tau hati bermuara akhir
Dalam aliran arus suci
Kita yakin aroma rasa ini akan hilang
sebaris cerita yang bisa dikenang
Semesta tidak buta melentang bosan
Dan di sini, buatlah kebahagiaan
DERAS
D E R A S
Kali ini entah kelabilanku
Entah bekas perasaan dulu
Yang dibasahi hujan
Sejuk rindingkan rindu
Sama kah kita mendengar hujan ria
Yang terlampau deras di langit kota
menyiram berkah dari Ilahi
tenangkan suasana ramai
Hujan ini seakan bercerita
Akan seorang yang telah lepas
Di antar genggam kejenuhannya
Dengan si peangan yang tak pantas
Hujan ini seakan menasehati
Akan kesalahan diperbuat
Ego yang berfikir singkat
Tanpa merasakan diri ini
Ada rindu, iya ada rindu
Disetiap gemercik air di lantai bumi
Menghujam deras dalam sanubari
Yang jelas sekali rindu takkan bertemu
Apalah seonggak rasa ini
Hanyalah sajak yang mampu meniti
Aku tak tau apa yang sajak ini mau
Dan tak mungkin dia merindu
Langganan:
Postingan (Atom)